Sunday, March 17, 2013

Tentang Dia


Suatu hari sepulang kuliah aku duduk-duduk sendiri di depan kampus seperti biasanya menunggu angkutan umum. Aku melihat seseorang turun dari motor merahnya dan datang menghampiriku. Tiba-tiba dia duduk di sampingku dan langsung membuka pembicaraan tanpa menyapa ataupun berkenalan terlebih dahulu. Dia bercerita tentang banyak hal. Awalnya aku berpikir orang ini aneh, karena dengan tiba-tiba bercerita banyak hal padaku bahkan aku tak tahu siapa dia. Sebagai pendengar yang baik aku hanya diam dan sesekali menanggapi ceritanya. Beberapa menit telah berlalu, lalu dia menghentikan ceritanya saat temanku datang. Saat itu juga aku berpikir, ternyata dia menunggu temanku.
Di hari berikutnya, sama seperti waktu itu dia menghampiriku dan bercerita banyak hal. Kali ini bisa ku sebut kami sedang mengobrol. Dan saat temanku datang, dia pun pergi. Aku tahu fungsiku saat itu adalah tempat untuk menunggu, tapi aku tak keberatan sama sekali.
Hari-hari berikutnya pun sama seperti waktu itu. Dan sampai pada suatu hari ada sesuatu yang membuatku bingung. Saat temanku datang, dia sama sekali tidak mengucapkan sapatah kata pun dan langsung pergi dengan temanku. Hari berikutnya pun sama, tapi ku biarkan saja karena itu bukan urusanku.
Hingga sampai pada hari yang membuatku bingung, dia datang dan aku tahu kalau temanku sudah pulang. Aku berpikir mungkin dia terlambat menjemput temanku. Tapi ada yang aneh dengan sikapnya saat itu, dia bahkan tidak menanyakan apakah temanku sudah pulang atau belum. Mungkin dia sudah tahu, tapi kenapa dia masih di sini? Pikirku saat itu. Kami pun mengobrol seperti biasa, dan aku sama sekali tak menanyakan hal itu padanya.
Hari selanjutnya aku melihatnya lagi, dan seperti biasa dia menghampiriku dan kami mengobrol. Lagi-lagi aku merasa bingung, saat temanku datang dia sama sekali tidak menyapa temanku dan membiarkannya pergi. Aku mulai bertanya-tanya dalam hati ada apa sebenarnya antara mereka berdua? Tapi aku diam saja karena aku tahu itu bukan urusanku, atau karena aku memang orang yang cuek?
Sampai pada suatu hari, seperti biasa dia menghampiriku dan mengobrol. Tapi tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang tak pernah ku sangka, bahkan aku tak pernah berpikir kalau dia akan mengatakan hal itu padaku. Dia menyatakan perasaannya padaku. Seketika aku diam tak tahu harus berkata apa. Dia pun diam seperti menanti jawaban dariku. Selama beberapa menit kami diam tak ada yang bicara sepatah katapun. Lalu aku pergi meninggalkannya saat bus yang ku tunggu tiba tanpa berkata apapun. Dia pun membiarkan aku pergi dan juga tak berkata apapun. Aku pikir dia marah padaku.
Hari setelah hari itu, aku tak melihatnya lagi. Aku mulai berpikir bahwa dia marah dan kecewa padaku karena tak memberi jawaban padanya. Aku mulai merasa bersalah, mungkinkah hubungannya dengan temanku menjadi begini karena aku? Aku bahkan tak tahu kenapa dia tiba-tiba mengatakan hal itu padaku, aku bahkan tak begitu mengenalnya. Aku hanya tahu dia dari cerita yang ia ceritakan padaku. Mungkin memang benar, aku terlalu cuek.
Tiga hari setelah hari itu aku melihatnya lagi. Dia turun dari motornya, datang menghampiriku dan menanyakan soal pertanyaannya waktu itu yang sebenarnya aku tak tahu kalau itu adalah sebuah pertanyaan. Aku berpikir mungkin selama tiga hari ini dia tidak ke sini karena dia memberikanku waktu untuk memikirkan jawabannya, itulah tebakanku. Tapi sampai hari itu aku bahkan tak menyiapkan jawaban apapun. Aku berterus terang padanya kalau aku sama sekali tak memikirkan hal itu untuk saat ini dan meminta maaf padanya. Mungkin itu bisa dikatakan sebagai suatu penolakan baginya. Aku melihat setitik kekecewaan di wajahnya, tapi sepertinya dia berusaha menyembunyikannya. Dia hanya bisa berkata aku hargai keputusanmu dan maaf aku telah mengganggumu dengan pertanyaanku ini. Aku pun berkata semoga kita bisa menjadi teman baik sambil tersenyum. Lalu dia pergi meninggalkanku.
Hari-hari setelah hari penolakan itu aku tidak melihatnya lagi. Ku pikir mungkin dia masih marah padaku, jadi aku tak mau mengganggunya. Tapi mungkin suatu hari aku harus meminta maaf lagi padanya karena aku masih merasa bersalah, entah karena penolakanku atau hubungannya dengan temanku.
Hari ini aku memutuskan untuk meminta maaf lagi padanya. Tapi belum sempat aku meminta maaf, ternyata itu semua sudah terlambat. Dia sudah pergi untuk selamanya. Aku hanya mendapatkan sebuah surat yang dia tulis sebelum kepergiannya. Surat itu ditujukan untukku. Ternyata selama ini dia memang sudah menyimpan perasaan itu padaku sejak lama dan aku baru mengetahuinya dari surat itu. Lalu soal hubungannya dengan temanku itu, sebenarnya dia telah dijodohkan dengan temanku, tapi mereka tidak menerima perjodohan itu dan memutuskan untuk menjadi teman saja. Dan sebenarnya kalau waktu itu aku menerimanya dia ingin bertemu dengan kedua orang tuaku. Seketika aku tak bisa menahan air mataku yang keluar begitu saja. Inginnya aku menyesal dan menerima ajakannya waktu itu, namun itu tak ada gunanya. Aku hanya berusaha untuk mengikhlaskan kepergiannya. Dan mungkin dia memang bukan jodohku.

Saturday, March 16, 2013

Cerita Pagi ini

Seusai hujan pagi ini aku melihat dua ekor kupu-kupu terbang berputar-putar
mengelilingi sebuah pohon yang masih basah terkena tetes hujan
lalu satu lagi kupu-kupu menghampiri mereka,
hinggap di sehelai daun lalu terbang
menghampiri satu kupu-kupu yang lain lalu terbang pergi lagi
sepertinya ia hanya menyapa dan membiarkan sepasang kupu-kupu itu terbang lagi.
Mereka terlihat bergitu menikmati pagi ini
meski masih tersisa satu dua tetes air hujan.
Begitu menyenangkan..